Selasa, 27 September 2011

Kepemiminan dalam agama Hindu

1.1          PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kata kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun, da kata benda pemimpin yaitu orang yang berfungsi memimpin atau menuntun atau orang yang membimbing. Kepemimpinan memiliki berbagai istilah seperti : Leadership “leader” dari kata asing, management dari kata ilmu administrasi dan Nitisastra dari kata Hindu. Kata Nitisastra berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata Niti dan Sastra. Niti berarti kemudi, pemimpin, politik dan sosial etik, pertimbangan dan kebijakan. Sedangkan sastra berarti perintah, ajaran, nasihat, aturan, teori atau tulisan ilmiah. Jadi Nitisastra artinya ilmu yang bertujuan untuk membangun suatu negara baik dari segi tata negara, tata pemerintahan, maupun masyarakat. Ajaran nitisastra mengandung ajaran – ajaran kepemimpinan yang bersifat umum dan universal.
“Brahman praptena samskaram ksatriayena yatha widhi, sarwasya yathanyayan kartawyam pariraksanam”.
( Manawa Dharmasastra, VII.3 )
Artinya :
Ksatria ( pemimpin ) yang telah menerima sakramen menurut weda, berkewajiban melindungi seluruh dunia dengan sebaik baiknya.
Adapun perbedaan antara kepemimpinan dengan menegament sebagai berikut :
Menegament adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pejabat – pejabat pimpinan ( managers ) untuk mengarahkan, menggerakan segala sumber ( dana dan daya ) untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Sedangkan kepemimpinan adalah suatu sistem mengkoordinasikan, kemampuan untuk mengadakan perencanaan.
Sifat – sifat yang lebih dari seorang pemimpin adalah
1.      Kelebihan dalam mempergunakan rasio atau pikiran
2.      Kelebihan dalm bidang rohaniah
3.      Kelebihan dalam bidang jasmaniah
Selain sifat – sifat di atas, adapun persyaratan – persyaratan dari seorang pemimpin yaitu :
1.      Intelegensi
2.      Karakter
3.      Kesiapsiagaan
4.      Jujur atau satya adalah kesetiaan
Satya atau kesetiaan dalam ajaran Agama Hindu ada 5 yaitu ( Panca Satya )
1)      Satya Hradaya adalah jujur terhadap diri sendiri
2)      Satya Wacana adalah jujur tehadap perkataan
3)      Satya Semaya adalah setia terhadap janji
4)      Satya Mitra adalah setia terhadap sahabat
5)      Satya laksana adalah jujur dalam perbuatan

1.2          TUJUAN KEPEMIMPINAN HINDU
Negara sebagai wadah umat  manusia untuk mewujudkan cita – cita hidupnya memiliki empat prinsip dasar. Antara lain sebagai berikiut :
1.      Machstaat adalah prinsip Negara untuk menguasai segala potensi yang dimiliki oleh negarayang bersangkutan untuk diabdikan kembali pada tujuan masyarakat Negara itu.
2.      Rechtaat adalah prinsip Negara yang bertujuan untuk mengatur kehidupan Negara yang bertujuan untuk mengatur kehidupan Negara agar berbagai keadaan dan kepentingan yang berbeda – beda dapat diatur dalam rangka mempercepat tercapainya tujuan Negara.
3.      Polisistaat adalah suatu prinsip Negara yang memandang segala seluk beluk kehidupan Negara harus dijaga agar tidak terjadi penyimpangan – penyimpangan demi terwujudnya tujuan Negara tepat pada sasarannya.
4.      Supervisorystaat adalah prinsip Negara yang memandang bahwa fungsi Negara ialah mendorong segala unsur – unsur Negara untuk lebih cepat mencapai tujuan.
Bagi umat yang mendapat kesempatan sebagai pemimpin Negara, tuntunan ajaran agama hindu bertujuan untuk membentuk kepemimpinan Negara yang baik,kuat, bersih, dan berwibawa.
Masyarakat akan lebih mudah diatur oleh para pemimpin Negara apabila dalam masyarakat itu tiap – tiap anggotanya  sadar akan hak dan kewajibannya. Kesejahteraan masyarakat Negara akan terwujud apabila setiap warga Negara mau berjuang untuk  mensejahterakan dirinya, keluarga,dan lingkungannya. Diri pribadi umat manusia akan tentram apabila atmanya menguasai budhi,budhinya menguasai manah,manahnya menguasai perasaan atau manahnya dikuasai oleh rajas,rajasnya dikuasai oleh tamas, dan tamasnya dikuasai oleh sattwam.
Pemimpin Negara harus memiliki konsep – konsep kepemimpinan yang utama untuk dapat menata Negaranya. Hal ini dapat berarti kewibawaan pemimpin Negara harus didasarkan pada kewibawaan yang murni dan bukan atas kewibawaan yang dilandisi oleh kekuasaan.
1.3          FUNGSI KEPEMIMPINAN HINDU
          Seorang pemimpin hendaknya dapat melaksanakan tugas – tugasnya sesuai dengan wewenangnya. Wewenang seorang pemimpin adalah haknya untuk menggerakkan orang – orang atau bawahannya untuk mau mengikuti dan melaksanakan tugas – tugas yang diperintahkan. Tugas adalah kewajiban yang harus dilaksanakan. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan tugas dan wewenang seorang pemimpin yang dilaksanakan dalam kepemimpinannya,
antara lain :
1.      Planing atau perencanaan
Planing adalah suatu pemikiran,perencanaan,persiapan,keputusan,dan penerapan yang dilakukan sebagai suatu kegiatan dari seorang pemimpin.
2.      Organisation atau pengelompokan
Organisation adalah usaha untuk mengelompokkan atau menata kegiatan – kegiatan yang telah dicantumkan dalam perencanaan. Maksudnya adalah menata orang – orang guna melakukan tugas- tugasnya.
3.      Direkting
Direkting adalah mengusahakan agar rencana pekerjaan itu dapat dilaksanakan.untuk mendapatkan hasil yang baik maka seorang pemimpin perlu mendengarkan atau mendapatkan masukan,pandangan – pandangan dari orang lain atau bawahannya.
4.      Coordination
Coordination adalah tindakan untuk memperoleh dan memelihara kesatuan diantara perorangan atau bagian, karena usaha yang satu secara konstan merupakan bagian atau pelengkap dari usaha – usaha lainnya.
5.      Controlling
Controlling adalah pengawasan terhadap rencana yang telah dilaksanakan oleh pemimpin, untuk memperoleh keyakinannya.

1.4  ASAS-ASAS KEPEMIMPINAN HINDU
E.     ASAS-ASAS KEPEMIMPINAN
1.    Panca Dasa Pramiteng Prabu
Panca Pramiteng Prabu yaitu limabelas macam sifat utama yang patut di pedomani dan dilaksanakan oleh setiap pemimpin dalam setiap memimpin masyarakat/bangsa dan negaranya. Adapun bagian bagiannya adalah sebagai berikut:
a.       Wijaya, artinya berlaku yang bijaksana dan penuh hikmat dalam menghadapi masalah yang sangat penting.
b.      Mantriwira, artinya bersifat pembrani dalam membela negaranya.
c.       Wicaksanengnaya, artinya sangat bijaksana dalam memimpin.
d.      Natanggwan, artinya mendapat kepercayaan dari rakyat dan negaranya.
e.       Satyabhakti Aprabhu, artinya slalu setia dan taat pada atasan.
f.       Wakmiwak, artinya pandai berbicara di depan umum.
g.      Sarjawaupasawa, artinya bersifat sabar dan rendah hati.
h.      Dhirotsaha, artinya bersifat teguh hati dalam segala usaha.
i.        Taulelana, artinya bersifat teguh iman , selalu riang atau optyimis, dan antusias.
j.        Dibyacita, artinya bersifat lapang dada atau toleransi dfapat menghargai pendapat orang lain.
k.      Tansatresna, artinya tidak terkait pada kepentingan golongan/pribadi yang bertentangan dengan kepentingan umum.
l.        Masihsatresnabhuana, artinya bersifat menyayangi isi alam.
m.    Ginengpratidina, artinya setiap hari berusaha berbuat baik dan berusaha tidak mengulangi perbuatan yang buruk.
n.      Sumantri, artinya bersifat menjadi abdi Negara dan penasehat yang baik.
o.      Anayakenmusuh, artinya mampu membersihkan musuh-musuh Negara.
Demikian pandangan Rakawi Prapanca pada sifat-sifat utama yang dimiliki oleh Gajah Mada sehingga ia menjadi pemimpin yang dapat mempersatukan nusantara.

2.    Sad Warning Raja Niti
Sad Warning Raja Niti adalah enam kesan, corak, dan sifat yang utama sebagai persyaratan kepemimpinan bagi seorang raja atau pemimpin yang harus dilaksanakan dalam kepemimpinan guna memimpinan bangsa dan Negara. Adapun bagian-bagia dari Sad Warning Raja Niti adalah sebagai berikut:
a.      Abhigainnika, artinya seorang pemimpin harus mampu menarik perhatian yang positif dari masyarakat, bangsa, dan Negara yang dimpimpinnya.
b.     Prajna, artinya sorang pemimpin harus memiliki daya kreatif yang benar yang sesuai dengan dharma guna memimpin bangsa dan Negara ini.
c.      Utsaha, artinya sorang pemimpin harus memiliki daya kreatif yang luhur untuk memajukan kepentingan masyaraktnya.
d.     Sakya samanta, artinya seorang pemimpin harus mampu mengontrol bawahannya dan sekaligus memperbaiki hal-hal yang dipandang kurang baik untuk menjadi lebih baik.
e.      Atma sampad, artinya pemimpin harus memiliki moral yang baik dan luhur yang dapat dipedomani oleh bawahannya dan masyarakat yang dipimpinnya.
f.      Aksudra pratistha, artinya seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memimpin persidangan para menterinya dan menarik kesimpulan yang bijaksana sehingga dapat diterima oleh semua pihak.
Keenam persyaratan utama sebagai seorang pemimpin sebagaimana yang disebutkan di atas itu hendaknya dapat dipahami dihayati dan diamalkan oleh para pemimpin di masyarakat dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dapat mengantarkan bangsa dan Negara ini dengan mudah dapat tercapai.
3.    Panca Upaya Sandhi
Panca Upaya Sandhi berarti lima macam usaha dan upaya yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan serta tantangan yang menjadi tanggung jawabnya. Adapun bagian-bagiannya sebagai berikut:
a.       Maya, artinya seorang pemimpin hendaknya memiliki dan melakukan upaya dalam pengumpulan data atau permasalahan yang belum jelas kedudukan dan profesinya, sehingga dapat dilakukan penataan lebih lanjut untuk mencapai kesempurnaan.
b.      Upeksa, artinya seorang pemimpin hendaknya memiliki upaya dan kemampuan  untuk meneliti dan menganalisis semua data dan informasi yang ada, sehingga semua permasalahan yang dihadapi itu dapat diletakkan pada proporsinya masing-masing.
c.       Indrajala, artinya seorang pemimpin hendaknya memiliki upaya dan kemampuan untuk mencarikan jalan keluar untuk setiap permasalahan yang ada yang dihadapi oleh masyarakat yang dipimpinnya.
d.      Wikrama, artinya seorang pemimpin hendakanya memiliki upaya dan kemampuan untuk melaksanakan semua rencana dan rumusan yang telah diprogramkan sebelumnya. Dengan demikian, masmyarakat yang dimpimpinnya menjadi bertambah percaya akan program selanjutnya.
e.       Logika, artinya seorang pemimpin dalam melaksanakan semua tindakannya hendaknya selalu didahului pertimbangan nalar yang sehat dan dapat diterima oileh masyarakat kebanyakan. Segala sesuatu yang diupayakan buka didasarkan pada emosi semata.
4.    Nawa Natya
Nawa Natya dapat diartikan Sembilan sifat dan sikap teguh serta bersusila yang harus dimiliki oleh para poemimpin dan para pembantu-pembantunya, guna mewujudkan kesejahteraan bangsa dan Negara yang dipimpinnya. Adapun bagian-bagiannya sebagai berikut:
a.      Pradnya Widagda, artinya seorang pemimpin yang bjaksana dan mahir dalam berbagai ilmu pengetahuan serta teguh pendirian.
b.      Wira Sarwa Yudha, artinya pemberani, pantang menyerah dalam menghadapi berbagai masalah atau tantangan.
c.      Pramartha, artinya para pemimpin hendaknya memiliki sifat yang mulia dan luhur.
d.     Dhirotsaha, artinya seorang pemimpin harus memiliki ketekunan dan keuletan dalam setiap pekerjaannya.
e.      Pragiwakya, artinya para pemimpin hendaknya pandai berbicara di depan umum dan pandai berdiplomasi.
f.       Samaupaya, artinya para pemimpin hendaknya setia pada  janji yang dibuatnya dengan pihak lain atau masyarakatnya.
g.      Laghawangartha, artinya para pemimpin hendaknya tidak bersifat pamrih terhadap harta benda di dalam hidup ini.
h.      Wruh ring sarwa Bastra, artinya para pemimpin tahu cara mengatasi berbagai macam kerusuhan.
i.        Wiweka, artinya seorang pemimpin harus dapat membedakan yang benar dan yang salah.

1.5        SIFAT-SIFAT KEPEMIMPINAN HINDU
Sifat dan sikap yang dimiliki seorang pemimpin merupakan penentu berhasil atau tidaknya seorang pemimpin dalam menjalankan roda pemnerintahan. Sifat dan sikap yang dimiliki oleh pemimpin dapat disempurnakan dengan mendalami, mempedomani, dan mengamalkan ajaran-ajaran serta berbagai ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Menurut Prof. Arifin Abdul Rachman dalam bukunya yang berjudul  “Kerangka Pokok-pokok Mengenai Management Umum” menyebutkan bahwa terdapat tiga golongan sifat-sifat para pemimpin, antara lain:
1.       Sifat-sfat pokok, yaitu sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap pemimpin, antara lain adil, suka melindungi/mengayomi, penuh inisiatif, penuh daya tarik, dan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
2.       Sifat-sifat khusus karena pengaruh tempat, yaitu sifat-sifat yang pada pokoknya sesuai dengan keperibadian bangsa, seperti bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai keperibadiannya, sebagai dasar Negara, dan cita-cita bangsa.
3.       Sifat-sifat khusus karena pengaruh dari berbagai macam atau golongan pemimpin, seperti pemimpin partai politik, pemimpin keagamaan, pemimpin serikat buruh, dan sebagainya.
Dalam lontar Raja Pati Gondala disebutkan ada sepulu hal yang patut dijadikan sahabat oleh seorang pemimpin, yaitu:
1.       Satya, artinya kejujuran
2.       Arya, artinya orang besar
3.       Dharma, artinya kebajikan
4.       Asurya, artinya orang yang dapat mengalahkan musuh
5.       Mantri, artinya orang yang dapat mengalahkan kesusahan
6.       Salyatawan, artinya orang yang banyak sahabatnya.
7.       Bali, artinya orang yang kuat dan sakti.
8.       Kaparamarthan, artinya kerohanian
9.       Kadiran, artinya orang yang tetap pendiriannya
10.   Guna, artinya orang yang pandai.
Demikianlah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar dapat memimpin masyarakatnya dengan baik sehingga tercapai tujuan bangsa dan Negara yang dipimpinnya.

2 komentar: